3dgate.com – Komnas: Pembunuhan 3 Mahasiswi di Sumbar Diduga Femisida. Berita duka datang dari Sumatera Barat, di mana tiga mahasiswi harus meregang nyawa dengan cara yang tragis. Lebih dari sekadar kabar buruk, Komnas Perempuan menyoroti hal yang jauh lebih dalam: adanya dugaan femisida dalam kejadian tersebut. Istilah femisida mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang, tapi sebenarnya ini bukan hanya soal pembunuhan biasa. Jadi, saat Komnas Perempuan menyebut dugaan femisida, mereka menaruh perhatian pada alasan di balik kekerasan itu bukan cuma karena kebetulan, tapi karena ada kebencian atau diskriminasi terhadap perempuan yang sudah lama berakar di masyarakat.
Femisida: Lebih Dari Sekadar Kekerasan Biasa
Feminisda merupakan istilah yang menggambarkan pembunuhan terhadap perempuan yang disebabkan oleh faktor gender, semacam kebencian atau tekanan sosial yang berkaitan dengan peran perempuan di masyarakat. Jadi, ini bukan cuma masalah kriminal biasa, tapi soal bagaimana perempuan sering jadi korban karena mereka perempuan.
Di Sumbar, Komnas Perempuan melihat bahwa tragedi pembunuhan 3 mahasiswi ini bukan hanya soal siapa pelakunya dan bagaimana motifnya secara individu, tapi juga soal pola besar di balik kekerasan terhadap perempuan. Hal ini penting, karena memahami pola tersebut membantu masyarakat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Sayangnya, kasus seperti ini sering kali berulang tanpa banyak perhatian serius dari masyarakat dan aparat. Padahal, setiap kejadian membawa trauma mendalam bagi keluarga dan lingkungan korban, sekaligus jadi cermin buruknya perlakuan terhadap perempuan.
Kenapa Kasus Ini Jadi Lebih Berat dan Menyentuh
Tidak mudah membicarakan soal pembunuhan apalagi yang menyangkut tiga nyawa sekaligus. Tapi, selain angka yang mengerikan itu, ada faktor sosial dan budaya yang bikin kasus ini makin berat untuk diterima. Komnas Perempuan mengingatkan bahwa perempuan sering berada di posisi yang rentan, di mana kekerasan bisa datang dalam bentuk beragam mulai dari pelecehan, intimidasi, hingga pembunuhan.
Yang lebih miris lagi, ada kecenderungan di masyarakat untuk menutup mata atau bahkan menyalahkan korban. Padahal, itu malah memperkuat lingkaran kekerasan dan ketidakadilan. Ketika perempuan yang seharusnya dilindungi malah dikucilkan atau dianggap masalah, itu justru memperburuk situasi.
Kasus di Sumbar ini pun jadi gambaran nyata bahwa budaya patriarki masih kuat di banyak lapisan masyarakat. Padahal, perempuan berhak hidup aman dan mendapat perlakuan adil. Tragedi ini menantang kita semua untuk mengubah cara pandang dan bertindak.
Reaksi Masyarakat dan Harapan Komnas Perempuan
Setelah kasus ini viral, masyarakat jelas bereaksi dengan berbagai perasaan campur aduk: sedih, marah, dan tak percaya. Reaksi tersebut penting karena menandakan kesadaran bahwa ada sesuatu yang salah di sekitar kita.
Komnas Perempuan pun langsung angkat bicara. Mereka mendesak agar kasus ini diusut secara tuntas dan pelaku dihukum setimpal. Lebih dari itu, mereka mengajak semua pihak untuk tidak hanya berhenti pada aksi protes, tapi berlanjut pada perubahan nyata dalam sikap dan perlindungan terhadap perempuan.
Selain itu, Komnas juga mengingatkan perlunya dukungan bagi keluarga korban agar mereka tidak sendirian menghadapi trauma yang luar biasa berat ini. Masyarakat juga harus lebih waspada terhadap tanda-tanda kekerasan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar, agar kasus serupa tidak terulang.
Apa Makna Kasus Ini untuk Kita Semua
Kejadian memilukan ini sebenarnya membuka mata kita semua, bahwa isu kekerasan terhadap perempuan bukan masalah sepele. Femisida menjadi kata kunci yang bikin kita harus berpikir ulang tentang bagaimana masyarakat memperlakukan perempuan.
Bukan cuma soal hukum atau aparat, tapi bagaimana budaya dan pola pikir selama ini bisa jadi ladang subur kekerasan yang tidak terlihat secara jelas. Kita perlu mulai mengikis sikap yang merendahkan perempuan, mulai dari hal kecil sehari-hari sampai ke sistem sosial yang lebih besar.
Dengan kata lain, kasus ini memanggil kita semua untuk bertindak: mulai dari edukasi, saling mendukung, hingga memastikan suara perempuan didengar dan dihargai. Kalau kita cuma diam, sama saja membiarkan ketidakadilan terus berlangsung.
Kesimpulan
Pembunuhan tiga mahasiswi di Sumbar bukan hanya berita tragis yang lewat begitu saja. Dengan dugaan femisida yang diangkat Komnas Perempuan, kita diajak untuk melihat lebih dalam pada akar masalah kekerasan berbasis gender yang masih menghantui masyarakat. Sudah waktunya semua elemen dari pemerintah, aparat hukum, hingga masyarakat umum berkomitmen untuk menghentikan siklus kekerasan ini. Perempuan berhak hidup aman tanpa rasa takut, dan itu bukan sekadar slogan kosong.